Selasa, 08 November 2011

Tikus


Tikus  (Rattus rattus tiomanicus)

Ada 4 spesies tikus ditemukan pada pertanaman kelapa sawit, yaitu tikus rumah     Rattus rattus. diardii, tikus padang R. r. exulans, tikus sawah R. r. argentiventer, dan yang dominan dan paling merugikan adalah R. r. tiomanicus atau tikus belukar. Tikus R.r. argentiventer kerap menyerang kelapa sawit pada kebun-kebun yang berbatasan dengan persawahan, terutama sawah yang telah selesai dipanen. Jadi tikus jenis ini bermigrasi sementara ke kebun sawit, yaitu ketika di sawah tidak tersedia makanan yang cukup.
Tikus R.r. tiomanicus berwarna keabu-abuan hingga coklat kemerahan, bagian bawah perutnya putih hingga abu-abu terang. Panjang kepala dan badan 15-20 cm, dengan ekor sedikit lebih panjang daripada badan. Puting susunya 10 buah, 2 pasang di dada dan 3 pasang di bagian perut. Tikus ini menjadi dewasa setelah berumur 3-4 bulan, dan akan melahirkan anak tiap 2 bulan. Jumlah anaknya dapat mencapai 10 ekor tiap kali melahirkan, tetapi biasanya 3-8 ekor. Seekor tikus betina dapat menghasilkan keturunan sebanyak 500 ekor selama hidupnya.
Tikus bersarang di pohon atau pada tumpukan kayuan atau dedaunan kering di atas tanah. Tikus memakan buah mentah dan matang, atau mengerat bagian pangkal pelepah pada TBM, sehingga dapat mematikan tanaman muda. Kematian tanaman muda akibat serangan tikus dapat mencapai 20%, sehingga harus dilakukan penyisipan yang memerlukan tambahan biaya bibit dan tenaga kerja, serta menyebabkan tertundanya masa panen. Perkembangan populasi tikus sangat dipengaruhi oleh tersedianya makanan, yaitu karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin dan air. Kehilangan produksi pada TM akibat serangan tikus dapat mencapai 1.363,8 kg minyak mentah sawit/ha/tahun (Sudharto dan Desmier de Chenon, 1997). Kehilangan produksi ini belum termasuk brondolan yang dibawa tikus ke dalam sarang dan tumpukan-tumpukan pelepah di gawangan. Selain itu, perlukaan buah akibat keratan tikus dapat meningkatkan kadar asam lemak bebas dalam minyak sawit, serta mendorong berkembangnya jamur-jamur saprofitik yang selanjutnya akan membusukkan buah dan tandan di pohon.
Hasil penelitian pada perkebunan kelapa sawit di Sumatera Utara menunjukkan bahwa luas wilayah jelajah R. r. tiomanicus jantan dan betina tidak berbeda nyata, berturut-turut adalah 234 m dan 229,5 m, dan daya jelajahnya adalah 11,35 m/hari dan 10,35 m/hari (Thohari, et al., 1989).
Sumber : klinik sawit

Tidak ada komentar:

Posting Komentar